Bhinneka Tunggal Ika Dalam Pancasila Dituangkan Dalam Sila Ke Berapa

Bhinneka Tunggal Ika Dalam Pancasila Dituangkan Dalam Sila Ke Berapa

Persatuan dalam Perbedaan

Walau banyak perbedaan, hal itu tidak boleh dijadikan alasan bagi rakyat Indonesia untuk bersatu. Setiap rakyat Indonesia harus menjunjung tinggi nilai persatuan dan kesatuan.

Nah, itulah sedikit penjelasan mengenai sejarah dan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Kitab Sutasoma. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu mengenai Pancasila ya!

Editor: Johnny Johan Sompotan

From Simple English Wikipedia, the free encyclopedia

Bhinneka Tunggal Ika (English: "It is different, [yet] it is one") is Indonesia's official national motto. It's written on the emblem of Indonesia, called the Garuda Pancasila. The phrase means "Unity in Diversity" in Old Javanese. This motto is also in Indonesia's Constitution, in article 36A. It talks about Indonesia being united and whole even though it has many cultures, languages, ethnicities, religions, and beliefs.[1]

The words come from an Old Javanese poem called Kakawin Sutasoma, written by Mpu Tantular, a famous poet in Javanese Literature during the time of the Majapahit empire in the 14th century. King Rājasanagara, also known as Hayam Wuruk, was ruling then.[2]

Bobo.id - Pada materi PPKn kelas 7 SMP, kita akan belajar tentang keberagaman dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Seperti kita tahu, Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan keragaman. Mulai dari suku, agama, dan ras.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah semboyan yang mampu membentuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Semboyan bangsa Indonesia berbunyi Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetap satu jua.

Tak hanya dijadikan semboyan bangsa, Bhinneka Tunggal Ika juga harus jadi pedoman dalam kehidupan.

Makna Bhinneka Tunggal Ika

Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan nasional Indonesia. Arti dari simbol tersebut adalah berbeda-beda tetapi tetap satu meski ada perbedaan namun tetap harus bersatu.

Bhinneka Tunggal Ika sendiri terdapat pada Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Kakawin berbahasa Jawa Kuno itu ditulis olehnya pada masa kekuasaan Raja Majapahit, Hayam Wuruk tepatnya pada akhir abad ke-14.

Toleransi dan Saling Menghormati

Bhinneka Tunggal Ika memberikan pemahaman mengenai arti pentingnya saling menghormati antar sesama. Serta hidup berdampingan di tengah-tengah perbedaan masyarakat.

Tak hanya itu, rakyat Indonesia juga diharapkan mampu untuk menghormati dalam berbagai aspek kehidupan, seperti berbudaya, beragama, dan berkeyakinan.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika dalam lambang negara Garuda Pancasila

Setelah kemerdekaan, kata Bhinneka Tunggal Ika dari Buku Sutasoma digunakan kembali oleh bangsa Indonesia.

Sebab, hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki banyak perbedaan latar belakang.

Perbedaan atau keberagaman pada masyarakat Indonesia ini meliputi suku, agama, ras, budaya, dan lainnya.

Meski hidup di tengah keberagaman, masyarakat harus tetap bersatu untuk meraih kedaulatan Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika dirasa sangat cocok untuk membentuk bangsa yang kokoh di tengah banyak perbedaan.

Karena Bhinneka Tunggal Ika sudah mendarah daging, maka semboyan ini jadi bagian lambang Garuda Pancasila.

Baca Juga: Pengertian dan Makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Persatuan, Materi PPKn

Telah menjadi semboyan nasional, maka Bhinneka Tunggal Ika mengalami pergeseran makna asli.

Sejak jadi semboyan nasional, pengertian Bhinneka Tunggal Ika tidak lagi berkaitan dengan suatu keyakinan tertentu.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika dalam lambang negara Garuda Pancasila adalah berbeda-beda tapi tetap satu jua.

Arti dan Makna Bhinneka Tunggal Ika, Semboyan Nasional Indonesia

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika ternyata berasal dari Kitab Sutasoma yang karya Mpu Tantular. Ia membuat kitab tersebut pada masa Kerajaan Majapahit.

Lantas, seperti apa sejarah dan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Kitab Sutasoma tersebut? Berikut ini ulasannya dirangkum berbagai sumber, Sabtu (7/10/2023).

Warisan Budaya Indonesia Kenalkan Kuliner Jawa di Gathering Bhinneka Tunggal Ika

Apa yang dimaksud Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa?

Bhinneka Tunggal Ika dalam kitab Sutasoma diambil dari kalimat lengkap Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa.

Dalam aksara latin, bait lengkap Bhinneka Tunggal Ika berbunyi: “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.”

Terjemahannya: “konon antara ajaran Buddha dan Hindu berbeda, namun kapan Tuhan dapat dibagi-bagi, sebab kebenaran Jina dan Siwa adalah tunggal, berbeda itu tapi satu jualah itu, tak ada dharma (jalan kebaktian/kebaikan) yang mendua tujuan.”

Kitab Sutasoma menunjukkan bahwa dalam sejarah Majapahit abad ke-14 semangat toleransi kehidupan beragama sangat tinggi.

Digambarkan bahwa dua agama besar Hindu dan Budha hidup secara bersama dengan rukun dan damai. Kedua agama besar itu beriringan di bawah payung kerajaan, pada jaman pemerintahan raja Hayam Wuruk.

Oleh karena itu meskipun Budha dan Siwa merupakan dua substansi yang berbeda, namun perbedaan itu tidak menimbulkan perpecahan, karena kebenaran Budha dan kebenaran Siwa bermuara pada hal Satu. Mereka memang berbeda, tetapi sesungguhnya satu jenis, tidak ada perbedaan dalam kebenaran.

tirto.id - Pendidikan

Kontributor: Balqis FallahndaPenulis: Balqis FallahndaEditor: Iswara N Raditya & Balqis Fallahnda

Unity in Diversity, the official national motto of Indonesia

JAKARTA, iNews.id - Sejarah dan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam Kitab Sutasoma perlu diketahui oleh semua orang, tak terkecuali warga negara Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semboyan tersebut dapat kita temukan di Garuda Pancasila.

Kekayaan Budaya dan Keunikan

Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan, tradisi, kesenian, dan bahasa. Keempat aspek warisan para leluhur itulah yang harus kita jaga hingga akhir hayat.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika dalam Buku Sutasoma

Bhinneka Tunggal Ika ditulis dalam Buku Sutasoma karangan Mpu Tantular pada masa Majapahit sekitar abad ke-14.

Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' sendiri ada dalam petikan pupuh 139 bait 5 pada Kakawin Sutasoma.

Jika diartikan tiap kata, Bhinneka berarti 'beraneka ragam', tunggal berarti 'satu', dan ika memiliki arti 'itu'.

Bhinneka Tunggal Ika memiliki arti harfiah yakni 'beraneka ragam itu satu' atau berbeda-beda tetapi satu juga.

Baca Juga: 20 Contoh Sikap yang Mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika, Materi Kelas 5 SD

Secara umum, Buku Sutasoma membahas tentang perbedaan kepercayaan di kalangan masyarakat Majapahit.

Untuk itu, diajarkan toleransi kehidupan beragama untuk hidup berdampingan dengan rukun dan damai.

Lebih lanjut, meski Hindu-Buddha merupakan dua ajaran berbeda, perbedaan itu tak boleh memecah belah.

Ini karena kebenaran dalam keyakinan apa pun nantinya akan bermuara pada hal yang satu, teman-teman.

Pengertian Bhinneka Tunggal Ika dalam Buku Sutasoma terkait keyakinan Hindu-Buddha yang melebur jadi satu.

Semboyan ini digunakan untuk mendamaikan masyarakat pemeluk agama Hindu dan Buddha di masa Majapahit.